BONUS DEMOGRAFI
Pada hari ini saya
akan berbagi artikel tentang Bonus demografi,selamat menyimak dan belajar berikut ulasan nya :
Bonus Demografi
Abstrak
Indonesia sebentar lagi
telah mengalami fenomena sosial yakni, Bonus Demografi atau bisa disebut
Ledakan Penduduk. Fenomena Bonus Demografi dicirikan dengan jumlah penduduk
usia produktif jauh lebih banyak dibanding jumlah penduduk usia non produktif. Indonesia
diprediksi akan mencapai titik puncak Bonus Demografi pada tahun 2020 dengan
jumlah penduduk mencapai 280 juta. Dari data tersebut, jumlah penduduk usia
produktif lebih banyak 1,9% dibandingkan jumlah penduduk usia non produktif.
Hal tersebut merupakan pengaruh positif bagi bangsa Indonesia. Karena, dengan semakin
melimpahnya Sumber Daya Manusia (SDM) usia produktif, maka tenaga kerja untuk
produksi akan semakin banyak. Hal ini mengakibatkan peningkatan pendapatan
daerah maupun nasional. Yang sudah barang tentu akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Bonus Demografi juga memiliki pengaruh negatif. Yakni munculnya berbagai
masalah sosial, seperti pengangguran, yang dapat berakibat kemiskinan dan hal
tersebut akhirnya mendorong terjadinya kriminalitas.Indonesia akan
mendapat pengaruh positif apabila sudah siap menghadapi Bonus Demografi dan
pengaruh negatif apabila belum siap.
Bonus demografi yaitu tingginya persentase usia produktif daripadi usia non produktif.Fenomena bonus demografi sangat berpengaruh terhadap laju pekembangan suatu negara.Fenomena bonus demografi bila dapat dimanfaatkan dengan baik akan berdampak positif bagi suatu negara seperti yang telah diterapkan oleh negara Korea Selatan dan Jepang yang makin maju karena pemanfaatan demografi yang benar.Negara tetangga kita yaitu Thailand nyatanya juga sudah cukup baik dalam menggunakan keuntungan dari bonus demografi dengan memperoleh kenaikan laju ekonomi yang signifikan.Indonesia juga harus siap dalam menghadapi bonus demografi yang akan datang,dengan pemuda sebagai penggerak dan ujung tombaknya.Bonus demografi akan dihadapi oleh Indonesia pada tahun 2020-2030.Bonus demografi akan berdampak positif bila generasi muda siap menghadapi bonus demografi,sebaliknya bonus demografi dapat membuat negara Indonesia makin terpuruk,jika para generasi muda tidak siap menghadapinya.Dampak positif dan negatif dari fenomena bonus demografi berbanding terbalik.Dampak negatif dari bonus demografi kini mulai terasa meski belum mencapai puncaknya.
Pandangan dan pengertian Bonus Demografi menurut BKKBN
Bonus
Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya
proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi
kependudukan yang dialaminya.Pada tahun 2020-2030 Indonesia mengalami bonus
demografi ini dikarenakan proses transisi demografi yg berkembang sejak
beberapa tahun yg lalu yang dipercepat dengan keberhasilan program KB
menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan serta
suksesnya program-program pembangunan lainnya. Akan tetapi usia produktif ini
apabila tidak berkualitas malah akan menjadi beban negara, oleh karena itu mari
kita tingkatkan wajib belajar 12 tahun, lakukan pembinaan pola asuh &
tumbuh kembang anak melalui posyandu dan PAUD, peningkatan usaha ekonomi
keluarga, pokoknya peningkatan segala bidang agar SDM kita mampu bersaing
di dunia International
Dampak Bonus Demografi
Terdapat dua macam penggolongan dampak akibat bonus demografi,yaitu dampak positif dan dampak negatif,berikut contoh dan penjelasannya :
Dampak Positif
- Penjelasan Dampak Positif : Dampak positif bonus demografi bagi Indonesia pada 2020-2030.Dampak positif dari bonus demografi akan terasa saat generasi muda siap menghadapi bonus demografi.Dengan keadaan generasi muda yang siap mengadapi demografi ini tentunya berdampak positif bagi negara indonesia,terutama pada laju perkembangan ekonomi.Dengan laju perkembangan ekonomi yang baik tentu berdampak pada perkembangan negara indonesia.Dengan perekonomian yang sehat kemiskinan dapat teratasi kesehatan pun dapat ditingkatkan dan pendidikan juga dapat menjadi lebih baik lagi.Pada keadaan ini indonesia dapat menjadi negara maju dan makmur.Dengan keadaan perekonomian,kesehatan,pendidikan yang baik tentua akan menghasilkan generasi baru yang lebih baik dan lebih berkualitas.Dan pada saat itu indonesia memiliki SDM yang berkualitas tinggi sehingga dapat mengelola kehidupan negara indonesia yang terarah dan lebih baik.
- Contoh Dampak Positif :
1.Terbentuknya generasi emas bangsa yang siap memikul tanggung jawab bangsa,mengabdi dan berkorban pada bangsa,dan bersedia membangun dan mengelola bangsa
2. Meningkatnya laju perekonomian indonesia,yamg berpengaruh besar terhadap kehidupan bebangsa dan bernegara.
3. Kehidupan negara indonesia akan modern,tertata,dan lebih baik
4. Roda ekonomi akan terus berjalan tumbuh pesat dan siap bersaing dalam dunia internasional.
Dampak Negatif
- Penjelasan Dampak Negatif : Jikalau bangsa indonesia tidak siap dan gagal dalam mengadapi bonus demografi mendatang,maka bangsa indonesia akan semakin terpuruk dengan adanya ekonomi yang melemah dan banyaknya kasus sosial dan kasus ekonomi yang menjadi masalah internal yang mengancam keseimbangan bangsa.Oleh karena itu generasi muda harus siap dalam menghadapi bonus demografi.
1. Semakin sempitnya lapangan pekerjaan
2. Pengangguran semakin banyak
3. Kemisikinan semakin menjadi-jadi
4. Timbulnya kawasan-kawasan slum area
5. Kualitas kesehatan menurun
6. Perekonomian yang memburuk
7. Pendidikan rendah,yang mengakibatkan SDM rendah
Topik yang hangat dibahas berkenaan dengan bonus demografi
1. Bonus demografi : Jadikan Berkah, Singkirkan Bencana!
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus di tahun 2020-2030. Bonus tersebut adalahBonus Demografi, dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.
Berdasarkan paparan Surya Chandra, anggota DPR Komisi IX, dalam Seminar masalah kependudukan di Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bahwa jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara nonproduktif hanya 60 juta.
Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.
Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020.
Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata adalah ketersedian lapangan pekerjaan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah negara kita mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030?
Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia, mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di dunia kerja dan pasar internasional?
Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di urutan enam dari 10 negara ASEAN. Posisi ini masih di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura. Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri. Paling banter, pekerja Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu. Ujung-ujungnya disiksa dan direndahkan. Untuk tingkat dalam negeri sekali pun, pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang malah ditempati tenaga kerja asing.
Permasalah pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar: kualitas manusia!
Kenyataannya pembangunan kependudukan seoalah terlupakan dan tidak dijadikanunderlined factor. Padahal pengembangan sumber daya manusia yang merupakan investasi jangka panjang yang menjadi senjata utama kemajuan suatu bangsa.
Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja.
Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi adalah berkah jika berhasil mengambilnya. Satu sisi yang lain adalah bencana seandainya kualitas SDM tidak dipersiapkan.
Prijo Sidipratomo, Ketua Ikatan Dokter Indonesia, mengatakan bahwa sebuah bangsa yang kuat harus mempunyai perencanaan, termasuk membangun sumber daya manusia berkualitas yang akan menjadi daya saing sebuah bangsa. Sejatinya, perubahan tidak bisa dilakukan dalam sekejap, maka dari itu pembenahan kualitas manusia harus dimulai dari sekarang!
Berdasarkan paparan Surya Chandra, anggota DPR Komisi IX, dalam Seminar masalah kependudukan di Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bahwa jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara nonproduktif hanya 60 juta.
Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.
Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020.
Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata adalah ketersedian lapangan pekerjaan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah negara kita mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030?
Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia, mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di dunia kerja dan pasar internasional?
Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di urutan enam dari 10 negara ASEAN. Posisi ini masih di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura. Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri. Paling banter, pekerja Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu. Ujung-ujungnya disiksa dan direndahkan. Untuk tingkat dalam negeri sekali pun, pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang malah ditempati tenaga kerja asing.
Permasalah pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar: kualitas manusia!
Kenyataannya pembangunan kependudukan seoalah terlupakan dan tidak dijadikanunderlined factor. Padahal pengembangan sumber daya manusia yang merupakan investasi jangka panjang yang menjadi senjata utama kemajuan suatu bangsa.
Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja.
Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi adalah berkah jika berhasil mengambilnya. Satu sisi yang lain adalah bencana seandainya kualitas SDM tidak dipersiapkan.
Prijo Sidipratomo, Ketua Ikatan Dokter Indonesia, mengatakan bahwa sebuah bangsa yang kuat harus mempunyai perencanaan, termasuk membangun sumber daya manusia berkualitas yang akan menjadi daya saing sebuah bangsa. Sejatinya, perubahan tidak bisa dilakukan dalam sekejap, maka dari itu pembenahan kualitas manusia harus dimulai dari sekarang!
2. Bonus Demografi Berpotensi Tumbuhkan EkonomI
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke
tahun terus meningkat. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2035 mendatang berjumlah 305,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 28,6
persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana mengatakan, meningkatnya jumlah penduduk pada tahun 2035 tersebut menyebabkan Indonesia menjadi negara kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Meski begitu, peningkatan jumlah penduduk Indonesia tersebut dibarengi dengan meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15 tahun sampai 65 tahun). Menurut Armida, Indonesia telah memasuki bonus demografi (rasio ketergantungan terhadap penduduk tak produktif) sejak tahun 2012, yakni 49,6 persen. Atas dasar itu, penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tak produktif.
Pada tahun 2010, proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 66,5 persen. Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun 2031. Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif menyebabkan menurunnya angka ketergantungan, yaitu jumlah penduduk usia tidak produktif yang ditanggung oleh 100 orang penduduk usia produktif dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 46,9 persen pada periode 2028-2031. Tetapi angka ketergantungan ini mulai naik kembali menjadi 47,3 persen pada tahun 2035.
Armida mengatakan, kontribusi penduduk berusia produktif ini telah terlihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang stabil. Fenomena ini terlihat juga di beberapa negara yang jumlah penduduknya turut meningkat dan kondisi ekonominya sama seperti Brazil, Rusia dan India. Bahkan di sejumlah negara lain, bonus demografi telah berkontribusi menumbuhkan ekonomi.
“Thailand, Tiongkok, Taiwan dan Korea bonus demografi di sana berkontribusi dengan pertumbuhan ekonomi antara 10-15 persen,” kata Armida di Jakarta, Jumat (7/2).
Ia berharap, bonus demografi ini dapat dimanfaatkan secara baik oleh pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Manfaat bisa dilakukan dengan adanya kesiapan kebijakan seperti memperkuat investasi di bidang kesehatan, pendidikan maupun ketenagakerjaan. “Ini (bonus demografi) tidak otomatis untungkan kita, harus ada syaratnya,” katanya.
Misalnya dalam bidang pendidikan, Armida menyarankan agar wajib belajar terus diperpanjang menjadi 12 tahun. Lalu, jumlah drop out (DO) pelajar yang keluarganya berpenghasilan rendah harus dikurangi dan kurikulum juga harus direvisi. “Sekolah Dasar (SD) betul-betul diubah supaya dari kecil diajarkan cara berpikir lebih kreatif,” katanya.
Dari sisi kesehatan, lanjut Armida, juga harus dimulai nutrisi 1000 hari pertama sejak kelahiran. Menurutnya, dalam jangka waktu tersebut masa-masa untuk perkembangan otak. Sedangkan dari sisi ketenagakerjaan, bila perlu pemerintah terus menggenjot industri padat karya, pertanian, industri kreatif serta industri mikro, kecil dan menengah.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan Buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyatakan bahwa kependudukan merupakan topik yang sangat penting dalam pembangunan, karena pembangunan manusia pada dasarnya ditujukan kepada manusia atau people-centered development.
Menurutnya, pembangunan dilakukan pada saat manusia menjadi pelaku utama dari pembangunan itu sendiri yang diukur dari human resource development atau kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pembangunan manusia harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Presiden juga berharap pentingnya proyeksi penduduk sebagai prasyarat untuk merumuskan perencanaan pembangunan di masa depan secara lebih efektif dan efisien.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana mengatakan, meningkatnya jumlah penduduk pada tahun 2035 tersebut menyebabkan Indonesia menjadi negara kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Meski begitu, peningkatan jumlah penduduk Indonesia tersebut dibarengi dengan meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15 tahun sampai 65 tahun). Menurut Armida, Indonesia telah memasuki bonus demografi (rasio ketergantungan terhadap penduduk tak produktif) sejak tahun 2012, yakni 49,6 persen. Atas dasar itu, penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tak produktif.
Pada tahun 2010, proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 66,5 persen. Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun 2031. Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif menyebabkan menurunnya angka ketergantungan, yaitu jumlah penduduk usia tidak produktif yang ditanggung oleh 100 orang penduduk usia produktif dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 46,9 persen pada periode 2028-2031. Tetapi angka ketergantungan ini mulai naik kembali menjadi 47,3 persen pada tahun 2035.
Armida mengatakan, kontribusi penduduk berusia produktif ini telah terlihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang stabil. Fenomena ini terlihat juga di beberapa negara yang jumlah penduduknya turut meningkat dan kondisi ekonominya sama seperti Brazil, Rusia dan India. Bahkan di sejumlah negara lain, bonus demografi telah berkontribusi menumbuhkan ekonomi.
“Thailand, Tiongkok, Taiwan dan Korea bonus demografi di sana berkontribusi dengan pertumbuhan ekonomi antara 10-15 persen,” kata Armida di Jakarta, Jumat (7/2).
Ia berharap, bonus demografi ini dapat dimanfaatkan secara baik oleh pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Manfaat bisa dilakukan dengan adanya kesiapan kebijakan seperti memperkuat investasi di bidang kesehatan, pendidikan maupun ketenagakerjaan. “Ini (bonus demografi) tidak otomatis untungkan kita, harus ada syaratnya,” katanya.
Misalnya dalam bidang pendidikan, Armida menyarankan agar wajib belajar terus diperpanjang menjadi 12 tahun. Lalu, jumlah drop out (DO) pelajar yang keluarganya berpenghasilan rendah harus dikurangi dan kurikulum juga harus direvisi. “Sekolah Dasar (SD) betul-betul diubah supaya dari kecil diajarkan cara berpikir lebih kreatif,” katanya.
Dari sisi kesehatan, lanjut Armida, juga harus dimulai nutrisi 1000 hari pertama sejak kelahiran. Menurutnya, dalam jangka waktu tersebut masa-masa untuk perkembangan otak. Sedangkan dari sisi ketenagakerjaan, bila perlu pemerintah terus menggenjot industri padat karya, pertanian, industri kreatif serta industri mikro, kecil dan menengah.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan Buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyatakan bahwa kependudukan merupakan topik yang sangat penting dalam pembangunan, karena pembangunan manusia pada dasarnya ditujukan kepada manusia atau people-centered development.
Menurutnya, pembangunan dilakukan pada saat manusia menjadi pelaku utama dari pembangunan itu sendiri yang diukur dari human resource development atau kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pembangunan manusia harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Presiden juga berharap pentingnya proyeksi penduduk sebagai prasyarat untuk merumuskan perencanaan pembangunan di masa depan secara lebih efektif dan efisien.
Pemuda sebagai ujung tombak dalam menghadapi bonus demografi
Pemuda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dan harus siap dalam menghadapi bonus demografi supaya bangsa dapat memperoleh manfaat dan dampak yang positif dari bonus demografi.Pemuda perlu dibimbing dan diarahkan supaya berperilaku baik,dapat dibimbing di sekolah melalui peran guru,ataupun di lingkungan keluarga oleh orang tua.Peran aktif guru yaitu membentuk karakter,mengembangkan potensi dan bakat,serta membangun sikap yang baik kepada pemuda harapan bangsa.Peran aktif keluarga untuk mensuport dan memberi arahab pada anaknya.Peran sekolah untuk memberikan pendidikan yang layak dan mumpuni agar kelak dapat menghasilkan sdm yang berkualitas.Peran masyarakat sebagai lingkungan pergaulan .Pemuda harus dapat memilah-milah dalam pergaulan.Jika keluarga,sekolah(termasuk guru),dan masyarakat telah menjalankan perannya dengan baik,maka akan terbentuk pribadi pemuda yang dapat memilih pergaulan yang baik,berbakti pada orang tua,dan kelak menjadi orang yang berguna bagi agama dan bangsa.
Upaya dalam menghadapi Bonus Demografi
yaitu dengan meningkatkan kualitas penduduk antarlain;
Upaya yang
pertama, adanya sekolah gratis. Sesuai kebijakan pemerintah daerah Kota
Mojokerto, yakni adanya sekolah gratis bagi warga Kota Mojokerto pada jenjang
SD, SMP, SMA. Diharapkan anak-anak usia sekolah, di Mojokerto dapat menempuh
pendidikkan gratis hingga SMA.
Upaya yang
kedua, adanya Pendidikkan Prakarya Kewirausahaan
Pendidikkan ini
baru muncul di Indonesia
pada kalangan SMA berkurikulum 2013. Pendidikkan Prakarya Kewirausahaan ini
penting dan berguna karena mengajarkan murid untuk berani dalam berwirausaha.
Pelajaran ini meningkatkan kualitas murid dalam ketrampilan. Kegiatan yang
dilakukan antarlain, membuat suatu barang dan menjual barang tersebut. Barang
yang dibuat, ialah barang yang inovatif dan memiliki ciri khas tersendiri
sehingga menarik perhatian konsumen.
Upaya yang
ketiga, adanya pengintegrasian Sex Education atau Pengetahan Seks disekolah, khusunya
tingkat SMA, hal ini bertujuan memberi pemahaman bahwa seks bukan hal yang
dilakukan untuk coba-coba saja. Selain itu pemahaman untuk menghormati dan
mejaga kehormatan diri sendiri. Pengetahuan seks dapat di integrasikan di mata
pelajaran Biologi materi Alat Reproduksi, pelajaran PKN materi Norma Asusila,
pelajaran Geografi materi Antroposfer, dan Agama materi Tata Cara Pergaulan.
Pengetahuan seks dapat mencegah fenomena MBA yaitu Married by Accident yang
memiliki arti Menikah Yang Tidak Direncanakan atau istilah awamnya Hamil diluar
nikah. MBA ini dapat disebabkan karena faktor pergaulan bebas atau juga
pemerkosaan.
Dan upaya
selanjutnya yakni, adanya sosialisasi dari BKKBN. Sosialisasi BKKBN salah
satunya yakni program Keluarga Berencana. Dari program ini, sasaran yang dituju
yaitu pasangan suami-istri yang sudah menikah. Dan upaya selanjutnya yakni,
adanya sosialisasi dari BKKBN. Sosialisasi BKKBN salah satunya yakni program
KB. Dari program ini, sasaran yang dituju yaitu pasangan suami istri yang sudah
menikah. Saran kami bagi BKKBN untuk lebih efektif dalam mensosialisasikan
program KB. Guna sukses menekan laju pertumbuhan. Dan dianjurkan program
Vasektomi bagi pria usia diatas 45 tahun. Dikarenakan pria diatas usia 45 tahun
memiliki kualitas sperma yang tidak bagus lagi. Sehingga keturunan yang
dihasilkan berkualitas kurang baik. Kemudian saran saya sebagai siswa, selain
pasangan suami istri, sosialisasi BKKBN juga siswa sekolah khusunya tingkat
SMA. Sosialisasi dapat berupa pemahaman untuk siswa guna menghindari pergaulan
bebas. Selain sosialisasi, diadakan juga kegiatan lainnya. Contohnya, lomba
pidato BKKBN, lomba tulis BKKBN, lomba poster BKKBN, atau pemilihan duta BKKBN.
Kesimpulan dan Pendapat
Mulai dari sekarang,kita sebagai generasi muda bangsa yang merupakan penggerak utama harus dapat menanamkan dan melatih sikap siap dalam menghadapi bonus demografi mendatang.Indonesia harus memanfaatkan peluang emas yang ada di depan ini dan jangan di sia-sia kan.Ekonomi indonesia sekarang yang mulai lesu dilihat dari laju perekonomian yang tahun-tahun lalu dapat mencapai 6-7%,sekarang hanya dapat mencaoai 4-5%.Hali ini berkaitan dengan nilai kurs ruapiah yang terus anjlok,ditambah lagi sekarang terjadi pembekuan PSSI yang dilakukan Menpora yang menyebabkan 14.000 orang yang menekuni bidang sepak bola di indonesia sekarang menganggur,hal ini menyebabkan perekonomian indonesia semakin loyo karena pengangguran semakin banyak dan lapangan pekerjaan yang kurang yang dapat menimbulkan pekerjaan yang tidak layak yang kebanyakan ditekuni oleh orang usia produktif seperti prostitusi online.Pemerintah harus segera bersikap dan berbenah dalam menghadapi masalah perekonomian di indonesia,setelah selesai berbenah maka dapat difokuskan untuk membangun generasi yang siap menghadapi bonus demografi.
Penutup
Demikian artikel yang saya bagi yang berjudul Bonus Demografi. Semoga artikel yang saya sajikan mampu memberikan wawasan tambahan,dapat dijadikan referensi belajar,dan bermanfaat untuk anda.Terima kasih,di kesempatan selanjutnya saya akan berbagi artikel yang membahas tentang masalah Bonus Demografi secara spesifik.
Artikel yang bagus, dan sangat membantu, terimakasih
BalasHapusdan teruslah berkarya.
terima kasih banyak
Hapussaya usahakan lebih baik lagi
Hapussangat memotivasi
BalasHapusterima kasih,sedang tahap pembelajaran
Hapussangat jelas
BalasHapusterima kasih
Hapusartikel yg menginspirasi. terima kasih
BalasHapussama sama,terima kasih sudah berunjung
Hapusterimakasih semuanya,untuk saran dan info lebih lanjut bisa kirim email ke wayneperkinson45@gmail.com
BalasHapus